Memiliki sebuah bisnis online yang bisa dijalankan kapan dan di mana saja, terbayang sangat menyenangkan, ya? Tak heran jika kini banyak pebisnis yang menjajal dan beralih untuk melakukan bisnis secara online.
Habit Belanja Online Warganet Indonesia
Apalagi sebuah hasil survei dari Ipsos Global Trends 2021 mengenai “Aftershocks and Continuity” menyatakan bahwa belanja online di Indonesia mengalami kenaikan cukup signifikan selama pandemi. Hal ini, dikarenakan kemudahan bertransaksi dibandingkan belanja secara tradisional, di samping alasan kebutuhan untuk melakukan physical distancing selama pandemi.
Masih dari survei yang sama, 87% konsumen belanja online di Indonesia juga cenderung untuk memilih produk lokal dibandingkan global, loh. Alasannya, karena kualitas brand lokal dianggap tidak kalah baik dengan brand internasional.
[article_cta title=”Mulai Jualan Online dengan LummoSHOP!” description=”Dengan website toko online yang lengkap dan praktis, tidak ada lagi penghalang untuk optimalkan peluang pertumbuhan bisnismu.” primary_cta_text=”Mulai Sekarang” primary_cta_link=”https://web.lummoshop.com/login/?lp=blog-article-strategi-omnichannel-vs-multichannel-untuk-bisnis-online” secondary_cta_text=”Unduh LummoSHOP” secondary_cta_link=”https://link.lummoshop.com/f2ZcYwTGzob”][/article_cta]Kalau sudah begitu tentu ini kabar gembira untuk kamu yang berencana atau baru saja menggeluti bisnis online. Karena peluang untuk meraih keberhasilan dalam menjalani bisnis online semakin terbuka lebar. Terlebih, apabila kamu menerapkan model bisnis D2C (Direct to Consumer), yaitu bisnis yang dilakukan secara online langsung ke penjual tanpa melalui pihak ketiga.
Strategi Jualan Online
Kalau mau jualan online beneran, kamu perlu memperhatikan beberapa hal, salah satunya memilih channel atau saluran yang tepat untuk berjualan. Saat ini, memang ada terdapat beragam channel sebagai penunjang bisnis kamu. Namun, sebagai pemilik bisnis yang menginginkan efektivitas, tidak ada salahnya jika kamu menganalisanya terlebih dahulu mengenai “jalan” mana yang akan kamu gunakan untuk “bertarung” di bisnis online.
Secara umum, channel yang bisa kamu gunakan untuk bisnis online dengan model D2C (Direct to Consumer) itu ada dua: Multichannel dan Omnichannel. Keduanya kerap dianggap sama padahal berbeda. Nah, sebelum memutuskan, ada baiknya jika kamu mengetahui perbedaan keduanya terlebih dahulu.
-
Strategi Multichannel
Secara tak sadar, baik konsumen maupun pelaku bisnis baru mungkin sudah sangat familiar dengan strategi ini. Sesuai dengan namanya, strategi multichannel ini memanfaatkan banyak platform online untuk memasarkan produk di mana antara yang satu dengan yang lain tidak saling terhubung atau tak saling terintegrasi. Misalnya, kamu menggunakan beberapa marketplace ternama, Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp’s Story, Email, Website, dan media sosial serupa untuk mempromosikan, menjual, serta berkomunikasi dengan konsumen-mu.
Dilihat dari modelnya yang seperti itu, strategi multichannel ini punya kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Strategi Multichannel
-
- Karena menggunakan banyak platform (multi), maka kamu bisa menggunakan strategi yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi konsumen secara umum. Gaya bahasa yang kamu gunakan pun perlu disesuaikan dengan karakter pengguna masing-masing platform. Berikut ini, profil dari masing-masing platform dari Global Web Index yang banyak digunakan untuk mempromosikan jualan online:
-
-
- Facebook, menjadi media sosial favorit generasi baby boomers yang lahir di tahun 1946 sampai 1964. Sehingga kalau dihitung, di tahun 2022 ini mereka berusia 58 hingga 76 tahun.
- WhatsApp Messenger, aplikasi pengirim pesan yang menjadi favorit banyak kalangan ini penggunanya didominasi oleh generasi Milenial (gen Y) dan gen X yang di tahun 2022 ini mereka berusia 27 hingga 57 tahun.
- Instagram. Mayoritas pengguna media sosial ini adalah generasi Z kelahiran 1996–2010 atau yang saat ini berada di kisaran usia 12 hingga 26 tahun.
- TikTok. Kalau target marketmu adalah gen Z, kamu perlu juga lakukan promosi dengan membuat konten pemasaran di media sosial satu ini.
-
Nah, sudah lebih terbayang kan ya, dengan perbedaan mayoritas pengguna tiap channel, sehingga diperlukan cara berkomunikasi yang berbeda-beda, sesuai usia pengguna. Misalnya jika ke generasi muda bisa dengan gaya bahasa lebih santai dan kasual, sementara ke generasi lainnya yang lebih senior bisa disesuaikan dengan menggunakan gaya bahasa yang lebih lugas, serius dan sopan. Belum lagi jika dikelompokkan berdasarkan jumlah kata maksimal yang ada di tiap-tiap platform. Intinya, kamu wajib menyesuaikan diri di setiap tempat yang kamu “datangi” untuk promosi / jualan / berkomunikasi.
-
- Jangkauan pasarmu bisa lebih luas karena masing-masing platform memiliki pengguna yang berbeda.
- Dari sisi konsumen juga lebih fleksibel karena mereka bisa memilih ingin menghubungimu lewat “jalan” mana: apakah langsung menghubungi melalui WhatsApp, Direct Message di Instagram, atau yang lainnya.
Kekurangan Strategi Multichannel
-
- Berpotensi terjadi kesalahan informasi
Karena platform yang digunakan banyak dan antara satu dengan yang lain tidak saling berkaitan / terhubung, maka potensi terjadinya kesalahan informasi lebih besar. Apalagi, jika administrasi atau proses pencatatannya tidak rapi. Misalnya, pemilik bisnis lupa bahwa informasi tersebut sudah disampaikan di Instagram, tapi disampaikan lagi. Atau, misalnya pemilik bisnis keliru bahwa informasi yang seharusnya disampaikan di Instagram malah disampaikan di Facebook.
Emang mungkin ya hal tersebut terjadi? Mungkin banget, apalagi jika skala bisnis makin besar dan pelanggan makin banyak. Kekeliruan tersebut akan sangat mungkin terjadi.
-
- Butuh banyak tenaga untuk mengurus tiap platform yang digunakan
Artinya menambah biaya dan waktu. Sebagaimana yang sudah ditulis di atas bahwa tiap platform punya pengguna yang berbeda. Itu artinya, butuh waktu dan tenaga lebih juga untuk mengelolanya.
Jika di awal bisnis, satu orang mungkin bisa merangkap mengurus Instagram, Facebook, marketplace, dll. Maka semakin lama saat bisnis makin berkembang dan konsumen banyak berdatangan, perangkapan tersebut tak bisa lagi dilakukan. Kamu butuh tenaga baru untuk mengurus masing-masing platform. Kalaupun dipaksakan untuk diurus satu orang saja, apakah yakin kalau semuanya bisa berjalan lancar? Yakin tidak akan terjadi kekeliruan?
-
- Pemilik bisnis tak benar-benar tahu secara runtut informasi mengenai konsumen
Karena datanya “berserakan” di mana-mana karena tak terintegrasi, maka data konsumen atau pelanggan akan “berserakan” di mana-mana. Butuh waktu khusus untuk merekapnya lagi menjadi satu kesatuan. Itu artinya, memerlukan lebih banyak waktu yang sebenarnya juga diperlukan
-
Strategi Omnichannel
Strategi berikutnya bernama Omnichannel. Apa itu omnichannel? Sebenarnya, omnichannel pun bisa menggunakan banyak platform sebagaimana multichannel. Itu sebabnya, tak sedikit yang bilang bahwa kedua strategi tersebut sama. Padahal, keduanya jelas-jelas berbeda.
Jika platform-platform yang digunakan di strategi multichannel tak saling “kenal” atau tak terintegrasi, maka omnichannel sebaliknya. Semua platform yang ada saling berhubungan atau terintegrasi.
Sebagaimana multichannel, omnichannel pun punya kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Strategi Omnichannel
-
- Terintegrasi
Dari mana pun pelanggan membeli produkmu (entah itu dari Facebook, Instagram, WhatsApp’s Story, Twitter, marketplace, dll), semua “jejak” mereka akan langsung terekam di website bisnis online punyamu.
-
- Data konsumen terekam dengan baik
Masih ada hubungannya dengan poin sebelumnya, karena terintegrasi, maka kamu tak perlu repot-repot mengumpulkan data pelanggan dari beragam media sosial yang kamu gunakan. Semua data konsumen yang melakukan transaksi dengan bisnis online milik kamu terekam dengan jelas mulai dari waktu transaksi, nama dan alamat mereka, berapa jumlah transaksi, dan semacamnya.
Dalam jangka panjang, kamu bahkan bisa tahu kalau ternyata konsumen bernama A lebih sering belanja produkmu di platform X sedangkan konsumen bernama B lebih sering belanja di platform Y. Ya, sedetail itu informasi yang bisa kamu dapat tentang pelanggan tanpa perlu pusing mendatanya ulang.
-
- Praktis / menghemat waktu dan biaya
Dari sisi waktu, tenaga, serta biaya, kamu jelas lebih bisa menghemat atau bisa dikatakan bahwa strategi omnichannel ini praktis. Kamu tak perlu repot-repot meng-hire banyak orang untuk mengurus penjualan di platform A, B, C, D, dll.
Kekurangan Strategi Omnichannel
Informasi yang diberikan kepada konsumen akan cenderung sama di beragam platform. Kalau konsumen mendapatkan informasi A – Z dari website bisnis online-mu, maka mereka pun akan mendapatkan informasi A – Z juga tentang bisnismu di platform lainnya. Bila pun ada keterbatasan kata di platform tertentu, ujung-ujungnya tetap sama, mereka akan diarahkan untuk datang ke websitemu dan mendapatkan informasi A – Z.
Keseragaman informasi ini dari sisi kamu sebagai pemilik bisnis mungkin lebih praktis, tapi dari sisi pengguna tetap ada kelemahannya. Ingat kan bahwa masing-masing platform memiliki karakternya sendiri sebagaimana yang dikatakan di bagian sebelumnya.
[article_cta title=”Mulai Jualan Online dengan LummoSHOP!” description=”Dengan website toko online yang lengkap dan praktis, tidak ada lagi penghalang untuk optimalkan peluang pertumbuhan bisnismu.” primary_cta_text=”Mulai Sekarang” primary_cta_link=”https://web.lummoshop.com/login/?lp=blog-article-strategi-omnichannel-vs-multichannel-untuk-bisnis-online” secondary_cta_text=”Unduh LummoSHOP” secondary_cta_link=”https://link.lummoshop.com/f2ZcYwTGzob”][/article_cta]Bagaimana? Manakah yang kamu pilih setelah mengetahui apa itu multichannel dan apa itu omnichannel.
Geliat belanja online terus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Kondisi tersebut menjadi peluang emas buatmu untuk ikut terjun di bisnis online. Ada beragam jalan untuk menjual produk bisnis kamu, tetapi secara umum ada dua, yaitu Multichannel dan Omnichannel. Ketahui perbedaan serta kesamaan dan kelebihan juga kekurangan keduanya, baru kemudian kamu bisa memutuskan akan memilih strategi yang mana. Selamat mencoba, ya!